Selasa, 19 April 2011

Sifat Lingkungan Hidup

Ruang lingkup peninjauan tentang lingkungan hidup
dapat sempit, misalnya sebuah rumah dengan
pekarangannya, atau luas, misalnya Pulau Irian.
Lapisan bumi dan udara yang ada mahluknya, dapat juga
dianggap sebagai suatu lingkungan hidup yang besae,
yaitu biosfer. Bahkan tatasurya kita atau malahan
seluruh alam semesta dapat menjadi objek tinjauan.

Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam
faktor. Pertama, oleh jenis dan jumlah masing-masing
jenis unsure lingkungan hidup tersebut. Dengan mudah
dapat kita lihat, suatu lingkungan hidup dengan 10
orang manusia, seekor anjing, tiga ekor burung
perkutut, sebatang pohon kelapa dan sebuah bukit batu
akan berbeda sifatnya dari lingkungan hidup yang sama
besarnya tetapi hanya ada seorang manusia, 10 ekor
anjing, tertutup rimbun oleh pohon bamboo dan rata
tidak berbukit batu. Dalam golongan jenis unsur
lingkungan hidup termasuk pula zat kimia.

Kedua, hubungan atau interaksi antara unsure dalam
lingkungan hidup ini. Misalnya, dalam suatu ruangan
terdapat delapan buah kursi, empat buah meja dan empat
buah pot dengan tanaman kuping gajah. Dalam ruangan
itu delapan kursi diletakkan sepanjang satu dinding,
dengan sebuah meja di muka setiap dua kursi dan sebuah
pot di atas masing-masing meja. Sifat ruangan berbeda
jika dua kursi dengan sebuah meja diletakkan di tengah
masing-masing dinding dan sebuah pot di masing-masing
sudut.

Hal yang serupa berlaku juga untuk hubungan atau
interaksi sosial dalam hal unsur-unsur itu terdiri
atas benda hidup yang mobil, yaitu manusia dan hewan.
Dengan demikian lingkunga hidup tidak saja menyangkut
komponen biofisik, melainkan juga hubungan sosial
budaya manusia.

Ketiga, kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup.
Misalnya, suatu kota yang penduduknya aktif dan
bekerja keras merupakan lingkungan hidup yang berbeda
dari sebuah kota yang serupa, tapi penduduknya santai
dan malas. Demikian pula suatu daerah dengan lahan
yang landai dan subur merupakan lingkungan yang
berbeda dari daerah dengan lahan yang berlereng dan
tererosi.
Keempat, faktor non-materiil suhu, cahaya dan
kebisingan. Kita dapat dengan mudah merasakanini.
Suatu lingkungan yang panas, silau dan bising
sangatlah berbeda dengan lingkungan yang sejuk, cahaya
yang cukup, tapi idak silau dan tenang.

Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya.
Ia membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya.
Manusia seperti ia adanya, yaitu yang disebut
fenotipe, adalah perwujudan yang dihasilkan oleh
interaksi sifat keturunannya dengan faktor lingkungan.
Sifat keturunan, yang terkandung di dalam gen yang
merupakan bagian kromosom di dalam masing-masing sel
tubuh, menentukan potensi perwujudan manusia, yaitu
genotipe. Apakah suatu sifat dalam genotipe itu akan
terwujud atau tidak, tergantung ada atau tidaknya
faktor lingkungan yang sesuai untuk perkembangan sifat
itu. Dobzhansky, seorang ahli ilmu keturunan terkenal,
malahan menyatakan, gen menentukan tanggapan apa yang
akan terjadi terhadap faktor lingkungan. Jadi
menurutnya, gen bukanlah penentu sifat, melainkan
penentu reaksi atau tanggapan terhadap lingkungan. Hal
ini terlihat pada tumbuhan hijau yang di tempatkan di
dalam kamar gelap. Tumbuhan itu tidak mampu membentuk
zat hijau daun, walaupun ia mempunyai gen untuk
pembentukan zat hijau daun. Setelah ia dikeluarkan
dari kamar gelap dan terkena cahaya, terbentuklah zat
hijau daun. Jadi mahluk hidup itu juga terbentuk oleh
lingkungannya.
Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup nya
adalah sirkuler. Kegiatannya, apakah sekedar bernafas
atau membendung sungai, sedikit atau banyak akan
merubah lingkungannya. Perubahan pada lingkungan itu
pada gilirannya akan mempengaruhi manusia. Misalnya,
seseorang yang bekerja dalam sebuah ruangan kecil yang
tertutup. Dengan pernapasannya ia akan mengurangi
kadar gas oksigen dalam udara di kamar itu dan
menambah gas karbon dioksida. Pernapasannya juga
menghasilkan panas, sehingga suhu dalam ruangan naik.
Kenaikan suhu menstimulasi pembentukan keringat,
sehingga hawa dalam ruangan itu menjadi tidak sedap.
Dengan penurunan kadar gas karbon dioksida, kenaikan
suhu dan bau keringat, menjadi pengaplah ruangan itu.
Prestasi kerja orang itu akan menurun. Makin lama
menurunlah kualitas lingkungan dalam kamar itu dan
seiring dengan itu makin menurun pulalah prestasi
orang itu.

Interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya
tidaklah sesederhana seperti diuaraikan di muka,
melainkan kompleks, karena pada umumnya dalam
lingkungan hidup itu terdapat banyak unsure. Pengaruh
terhadap suatu unsure akan merambat pada unsur lain,
sehingga pengaruhnya terhadap manusia sering tidak
dapat dengan segera terlihat dan terasakan.

Manusia hidup dari unsur-unsur lingkungan hidupnya:
udara untuk pernapasannya, air untuk minum, keperluan
rumah tangga dan kebutuhan lain, tumbuhan dan hewan
untuk makanan, tenaga dan kesenangan, serta lahan
untuk tempat tinggal dan produksi pertanian. Oksigen
yang kita hirup dari udara dalam pernapasan kita,
sebagian besar berasal dari tumbuhan dalam proses
fotosintesis dan sebaliknya gas karbondioksida yang
kita hasilkan dalam pernapasan digunakan oleh tumbuhan
untuk proses fotosintesis. Jelaslah manusia adalah
bagian intergral lingkungan hidupnya. Ia tak dapat
terpisahkan daripadanya. Manusia tanpa lingkungan
hidupnya adalah suatu abstraksi belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar